Kanker Serviks cara mencegah dan mengobatinya- Kanker Serviks merupakan penyakit mematikan bagi wanita di Indonesia dan di Dunia hampir setiap hari di Indonesia ada 40 wanita
yang terdiagnosa menderita kanker serviks dan 20 wanita meninggal karena Kanker
Serviks. (Magdalena, 2014).
Berdasarkan data WHO yang ada, kanker serviks merupakan salah satu
penyebab kematian yang paling mematikan di dunia bagi perempuan, untuk lebih
dari 270.000 kematian setiap tahunnya, 85 % di antaranya terjadi di negara
berkembang, namun kanker ini merupakan kanker yang paling mudah dicegah.
Dilihat dari angka kematian, wanita yang meninggal karena Kanker Serviks.
Setiap dua menit ada satu wanita yang meninggal dunia karena Kanker Serviks di
Dunia. Sedangkan di Indonesia, setiap 1 jam ada satu wanita yang meninggal
karena kanker ganas ini.
Pengertian.
Penyakit kanker serviks adalah keganasan di daerah leher
rahim yang umumnya memberikan gejala perdarahan pada vagina yang abnormal,
meskipun dalam beberapa kasus mungkin tidak terdapat gejala yang menonjol
sampai didapatkannya kanker stadium lanjut. Serviks ini merupakan
bagian dari rahim yang menyempit dan bergabung
dengan bagian atas vagina. Jenis kanker serviks terbanyak berasal dari
sel skuamosa, yaitu sel gepeng yang melapisi leher rahim.
Infeksi
human papillomavirus (HPV) dengan tipe risiko tinggi telah terbukti menjadi
faktor penting dalam perkembangan kanker serviks.DNA HPV dapat dideteksi pada
hampir semua kasus kanker serviks . Tidak semua penyebab kanker serviks dapat
diketahui . Beberapa faktor lain juga diduga terlibat.
Seorang wanita yang
telah terdiagnosa mengidap Kanker
Serviks, tidak sedikit dan bahkan hampir setiap pasien kanker dianjurkan
untuk melakukan operasi kemoterapi yang dapat memperlambat penyebaran sel
kanker. Kemoterapi merupakan jenis pengobatan kanker yang menggunakan obat
untuk menghancurkan sel-sel kanker.
Kemoterapi bekerja
dengan menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker, yang tumbuh dan
membelah dengan cepat. Kemoterapi juga dapat membahayakan sel-sel sehat yang
membelah dengan cepat, seperti pada garis mulut dan usus atau sel yang menpengaruhi
2 2 pertumbuhan rambut. Kerusakan sel-sel sehat dapat menyebabkan efek samping.
Seringkali, efek samping akan lebih baik atau hilang setelah kemoterapi selesai
(NCI, 2013a ).
Melihat
dari penyebaran Kanker Serviks yang dapat menjangkiti dari seluruh kalangan
wanita dan terapi kanker yang masih memiliki resiko yang cukup signifikan baik
dari efek samping maupun ditinjau dari hubungan ekonomi dan sosial penderita
tersebut, melalui penelitian jurnal ini didapatkan suatu terobosan baru dari
ekstrak daun sirsak, dimana kandungan ekstrak daun sirsak ini ( Atogenin) dapat
memberikan hasil yang lumayan baik bagi terapi kanker serviks. Belum ditemukan pengobatan pastinya,
hanya terapi pencegahan berkembangnya sel kanker tersebut.
Terdapat penelitian
yang dilakukan oleh America Cancer Society yang menyatakan kebolehan daun sirsak dalam terapi kanker serviks, dan
dilakukan juga penelitian daun sirsak ini dengan menggunakan mencit guna
mengetahui efek dari ekstrak daun sirsak terhadap sel-sel darah.
Ditinjau
dari segi kesehatan, ekstrak daun sirsak ini memilki potensi yang cukup besar
dalam menangani sel kanker dengan Annonaceous acetogenin yang bekerja dengan menghambat produksi ATP dengan
mengganggu komplek I mitokondria (Prasetya, 2013).
Ditinjau dari segi ekonomi ternyata
produksi daun sirsak di Indonesia cukup besar dan dapat memberikan devisit
lebih kepada Negara Indonesia sendiri.
Epidemiologi
Di
seluruh dunia, kanker serviks adalah kanker yang paling mematikan. Kanker ini
mengenai sekitar 16 dari 100.000 wanita per tahun dan membunuh sekitar 9 dari
100.000 per tahun dan sekitar 80% kanker serviks terjadi di negara berkembang.
Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 473.000 kasus kanker serviks pada tahun
2008 dan 253.500 kematian per tahun.
Untuk
di Indonesia sendiri angka kejadian kanker serviks di dapatkan dari rekam medik
Rumah Sakit Kanker Dharmais, pada tahun 2009 dan 2010 dengan prevalensi
masing-masing: 16,5% dan 17,2% dan menempati urutan kedua dari 10 kanker
terbanyak pada rumah sakit tersebut. Dan untuk data WHO sendiri kanker serviks
ini merupakan salah satu kanker yang paling mematikan, bentuk kanker bagi
perempuan, yang bertanggung jawab untuk lebih dari 270 000 kematian setiap
tahunnya, 85% di antaranya terjadi di negara berkembang terjadi pada tanggal 3
Desember 2014 bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati untuk anak perempuan
dan perempuan di seluruh dunia.
Pengobatan kanker serviks dengan kemoterapi masih menjadi
andalan utama dalam pengobatan kanker serviks, walaupun hasilnya tidak dapat
mencapai kesembuhan total pasien. Namun disisi lain, pengobatan dengan
kemoterapi ini sangat mahal sehingga banyak penderita kanker serviks tidak
melaukan pengobatan, hal ini dapat dilihat dari data pengobatan pada rumah
sakit RSUD Dr. Moewardi bahwa Rata-rata biaya pengobatan kanker serviks pada tingkat keparahan I: pembedahan Rp.
2.893.243 ± Rp. 1.531.975, kemoterapi Rp. 3.313.342 ± Rp. 2.386.899,
radioterapi Rp. 3.988.027 ± Rp. 2.912.931, dan radical hysterectectomy Rp0.039.072
± Rp. 1.331.822. Tingkat keparahan II:
pembedahan Rp. 5.885.859 ± Rp. 4.059.020 dan kemoterapi Rp. 4.474.084 ± Rp.
2.588.966. Tingkat keparahan III: radical hysterectectomy Rp.
13.347.209 ± Rp.2.852.551.
Gejala dan Penyebab
Pada
stadium awal kanker serviks, tidak ada gejala yang jelas apakah seorang wanita
telah terserang kanker serviks. Namun dalam perkembangan berikutnya, Pada
stadium lanjut metastasis dapat ditemukan di abdomen,paru atau ditempat lain
gejala kanker serviks mulai dirasakan di antaranya seperti sulit untuk buang
air kecil, sering mengalami nyeri di panggul, keputihan bercampur darah, serta
terjadi perdarahan di organ vital perempuan nyeri kaki,pembengkakan kaki, di
dapatkannya fistel vagina dan fraktur.
American Cancer Society mengeluarkan data faktor
resiko untuk terjadinya kanker serviks selain infeksi HPV ,infeksi klamidia ,
faktor makanan, kontrasepsi hormonal , kehamilan multiple , paparan
terhadap hormon dietilstilbestrol , dan
riwayat keluarga kanker serviks.
Hubungan
seksual pertama usia muda , kehamilan pertama , diperbesar oleh penggunaan dini
kontrasepsi oral , dan faktor risiko genetik yang mungkin terkait dengan HLA-B7
yang keseluruhannya dihubungkan dengan resiko menderita kanker serviks.
Belum
ada bukti yang mendukung pernyataan bahwa sirkumsisi dari pasangan akan
mengurangi resiko kanker serviks,meskipun beberapa peneliti mengatakan terdapat bukti
epidemiologi yang meyakinkan bahwa pria yang telah disirkumsisi akan mengurangi
paparan terhadap infeksi HPV. Pernyataan diatas tidak berlaku pada pria dengan
perilaku seksual rendah dan pasangan perempuan monogami , yang kemudian dapat
dibuktikan dengan adanya hubungan antara sirkumsisi dengan resiko terjadinya
kanker serviks.
dengan mengetahui bahayanya penyakit ini sobat sekalian terutama kaum hawa harus mulai lebih berhati-hati dan menghindari segala sesuatu hall yang dapat menimbulkan kanker ini
comment 0 komentar:
more_vertsentiment_satisfied Emoticon